Eksplor Legon Pari
Keindahan sepanjang pantai Legon Pari, Banten, membuat banyak orang berdecak kagum. Nuasa perjalanan yang dihadapkan langsung dengan hamparan laut serta pematang sawah yang menghiasi perjalanan kami menjadikan trip ini mempunyai cerita tersendiri.
Sabtu (19/3) Kali ini Mas Boy (MB) mendapatkan kesempatan untuk trip ke Legom Pari, Banten. Trip yang diadakan secara mendadak ini pertama kali disampaikan oleh Heru Prasetyo. Heru yang menghubungi MB mengajak trip untuk menjajal perairan Legon Pari.
Awal trip ini dimulai saat saya bertolak ke kediaman Heru di Puri Anggrek, Sawangan, Depok, saya sudah sampai lokasi sekitar pukul 03.00. Setelah berbincang dan mengemas barang kami langsung bertolak ke lokasi. Dengan mengambil rute perjalanan tol ciawi menuju cikidang sampai tiba di Pulomanuk.
Perjalanan memakan waktu ± 5 jam dan tambah perjalanan melalui akses laut sekitar ± 15-20 menit, saya sampai di bibir pantai Legon Pari atau tepatnya pukul 12.00. Karena lelah dalam perjalanan kami memutuskan untuk istirahat sejenak untuk memulihkan tenaga sambil melihat pemandangan lokasi yang begitu mempesona.
Sore hari atau pukul 15.00, kendala angin menjadi sedikit hambatan pada trip kami ini. Heru dan Saya memutuskan untuk menunda trip hingga kondisi angin yang terlalu kencang.
Kondisi angin yang cukup besar membuat perjalanan trip kami tertunda hingga pukul 17.30. Pukul 18.00 kondisi angin mereda, kami pun bersiap untuk melakukan perjalanan trip ini, dengan menggunakan perahu katir Saya, Heru dan Jobing langsung menuju perairan Legon Pari, dengan sedikit umpan tembang yang ada.
Karena lokasi ini baru kami jajal maka kami tidak menargetkan hasil apapun, maklum kami mengangap perjalanan trip ini sebagai ekspolrasi perairan Legon Pari. Kondisi kapal yang tidak disertai Global Positioning System (GPS) dan Fishfinder bukan menjadi penghalang bagi kami untuk menjajal mancing disini.
Jobing yang bertindak sebagai kapten kapal langsung mengarahkan kapal didekat karang yang menjulang tinggi ke atas permukaan air laut. Kami mancing dengan teknik dasaran dan ngoncer dengan umpan ikan tembang.
Strike pertama berhasil diraih Heru dengan berhasil memperoleh ikan marus. Selanjutnya Jobing juga berhasil meraih ikan kakap merah. Saya juga tak mau kalah dengan berhasil pula strike. Sayang ikan dengan bobot di atas 2 kg belum berhasil kami peroleh.
Kondisi cuaca kembali kami hadapai dengan hujan yang turun cukup deras, dengan atap kapal yang hanya menggunakan terpal membuat kami sedikit kebasahan. Akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri trip ini, bukan karena faktor hujan yang membuat kami menyudahi trip ini tetapi karena umpan tembang yang ada juga habis.
Minggu (20/3), sulitnya memperoleh umpan tidak menyurutkan kami untuk mengeksplor sepanjang perairan laut selatan ini. Akhirnya kami tetap berangkat dan kami putuskan untuk troling di sekitar Pulomanuk, Legon Pari, Ciantri dan Pulo Bokor.
Dengan menggunakan dua buah tackle yang ada kami memaksimalkan untuk trolling dengan menggunakan rapala. Sambaran pertama berhasil diperoleh Heru dengan menaklukan Giant Trevally (GT). Strike berlanjut dan kali ini Jobing memperoleh Talang-talang. Ril yang saya pergunakan berdering, strike… ujar saya. Namun sayang ikan berhasil meloloskan diri, begitu saya liat rapala yang saya gunakan terlihat lecet-lecet bekas dikit ikan yang meloloskan diri, sungguh disayangkan.
Hasil trolling di hari kedua cukup lumayan besar-besar dengan perolehan ikan di bawah 2 kg, jika dibandingkan sore hari yang hanya kami peroleh hanya ikan dengan ukuran di bawah 1 kg. Walaupun hasil tidak terlalu besar namun, membuat kami bangga karena minimnya persiapan dan tidak ditunjangnya kapal tanpa fasilitas GPS dan fishfinder.
Dengan eksplor perairan Legon Pari membuat kerinduan tersendiri untuk kami kembali lagi nanti dan pastinya dengan persiapan yang maksimal pula. Saya dan Heru merasakan serunya atas pencapaian trip kali ini. MB
Alam Yang Mempesona
Panorama Legon Pari menyimpan suasana khas pasalnya tidak ada tangan-tangan jahil yang merusak tatanan alam, baik itu di darat maupun lautnya. Sepanjang garis pantai di Legon Pari ditumbuhi lebatnya pohon kelapa dan pohin lainnya yang membuat wilayah ini begitu mempesona saat baru pertama kali melihatnya.
Desa yang letaknya sekitar ± 220 km dari Jakarta ini menyediakan banyak pantai yang bisa Anda nikmati. Beberapa pantai yang banyak dikunjungi adalah Legon Pari, Tanjung Layar, Ciantir, Karang Bokor, Pulo Manuk atau Pulau Burung dan Karang Taraje.
Pantai Tanjung Layar merupakan salah satu pantai yang unik, karena di pantai ini terdapat dua batu besar mirip layar kapal dengan lokasi pantainya yang menjorok ke laut. Begitu pula dengan Pantai Ciantir yang terkenal dengan pasir putih dan ombak lautnya, hal ini juga menjadi daya tarik wisatawan local atau mancanegara untuk menjajal surfing. Sepanjang wilayah pantai ini terdapat gugus karang dan berdasarkan pengamatan MB banyak monster GT yang bermukim.
Hal ini juga diperkuat dengan cerita nelayan yang kerap kali memperoleh GT saat menjaring dengan ukuran di atas 10 kg. Belum lagi tenggiri dan si-jabrik atau yellow fin tuna yang sering menampakan diri disekitar perairan Legon Pari. ndi
Penghasil Gula Kelapa
Selain sebagai nelayan, masyarakat sekitar berprofesi sebagai petani gula kelapa. Heru yang memiliki lahan perkebunan kelapa memanfaatkannya untuk membuat gula kelapa, penduduk sekitarnya turut andil sebagai karyawan untuk memproduksi gula kelapa.
Saya pun berkesempatan untuk melihat bagaimana cara mengolah gula kelapa. Yono, dengan senang hati memperlihatkan produksi gula kelapa kepada MB. Awalnya harus memilih pohon kelapa yang baik lalu Cintung (bonggol buah kelapa yang belum jadi buah kelapa) dipotong ujungnya dan ditampung pada derigen plastik.
Sari air buah kelapa yang keluar lewat Cintung ini yang menjadi bahan dasar membuat gula kelapa. Setelah dimasak denga kuali besar sekitar 4-5 jam gula kelapa siap dicetak. Cetakan yang digunakan terbuat dari bamboo yang dipotong ± 2 cm setelah jadi gula kelapa lalu ditimbang dan siap dipasarkan. MB