Taklukan Monster Doggy 96 kg#Alor Trip
Alor menyimpan misteri akan keberadaan monster-monster perairan laut. Alor juga menjadi destinasi khusus bagi para mania yang ingin menikmati sensasi strike dan fight dengan berbagai spesies ikan. Oleh karena ini ada saja cerita dibalik trip Alor. Kali ini Mas Boy (MB) kembali menghadirkan trip mancing alor yang dilakukan oleh tim Taka Adventure Indonesia
Berawal dari bunyi
melodi dari HP yang terdengan di telinga Saya yang makin keras. Ah ternyata
seperti biasa alarm hp berbunyi menandakan waktu sudah pukul 06:00 dan seperti
biasa Saya selalu terbangun di jam-jam ini. Kucek-kucek mata sedikit dan saya lirik
fishfinder dan gps, posisi kapal belum berubah, di fishfinder tidak ada gambar
apa-apa alias kosong melompong saja.
Tengok kanan
kiri, tempat tidur yang lain juga masih pada molor, saya keluar dari ruangan
kemudi dan berjalan ke belakang, Ambon selaku tukang masak kapal sudah bangun
dan sepertinya sedang bersiap-siap untuk bikin kopi, teh dan sarapan pagi.
Sudah 2 hari
kapal KM. Kumala di posisi area P. Rusa dan P. Kambing, belum ada hasil
signifikan dari kegiatan memancing selama 2 hari ini. Beberapa dogtooth tuna ,
ruby snapper dan ikan-ikan karang memang lumayan banyak tapi ukurannya hanya
rata-rata saja. Dan ini adalah hari ke 3 dari 5 hari yang direncanakan.
Satu persatu
angler mulai menampakkan diri, keluar dari kamar dan biasanya memang langsung
menuju ke belakang untuk mencari si-ambon,
tukang masak di kapal kumala karena lapar. Sambil sarapan Saya utarakan rencana
hari ini, kita coba trolling yellowfin tuna sebentar lalu begitu arus mulai
kondusif kita coba lagi Batu Gunting.
Batu Gunting sendiri sebagai spot favorit pemancing yang selalu bikin penasaran para mania untuk kembali ke Alor lagi. Spot ini terkenal akan sensasi strike dan fight pada ikan monster Alor yang memang kebanyakan tackle yang digunakan tidak mampu menahan derasnya tarikan sang monster.
Batu Gunting sendiri sebagai spot favorit pemancing yang selalu bikin penasaran para mania untuk kembali ke Alor lagi. Spot ini terkenal akan sensasi strike dan fight pada ikan monster Alor yang memang kebanyakan tackle yang digunakan tidak mampu menahan derasnya tarikan sang monster.
Menurut Dudung,
sesuai dengan namanya spot Gunting, spot ini dikenal sebagai spot ikan yang
selalu membawa gunting. Karena kebanyakan kenur PE dengan nomer berapa pun
pasti putus. Kapten kapal mulai menyalakan mesin kapal, abk dipanggil untuk
siap-siap angkat jangkar. Tak lama kita mulai pasang beberapa joran trolling
dengan lure Rapala.
Kapal diarahkan
di seputaran Pulau Kambing bagian utara, sekitar 10 menit kita putar-putar
tanpa ada strike kemudian kita
mengarah ke Batu gunting. Sampai di Batu gunting arus sudah mulai kendur, tak
lama kemudian Saya sudah memposisikan kapal untuk jigging dengan cara drifting
seperti biasanya.
Terjadi 2 kali strike yang sepertinya lumayan besar
tapi dua-duanya putus semua dan setelah itu sepi. Kemudian saya teringat Kapten
Saya si Endang katanya punya spot baru di sebelah selatan Batu Gunting sekitar
jaran 2 mil. Saya bertanya ke kapten mana-mana saja titiknya, setelah sebentar
mendapat penjelasan lokasi tepatnya, kami langsung ke posisi tersebut.
Begitu sampai di
posisi, kapal saya berhentikan dulu untuk melihat arah hanyut dan kecepatannya,
kemudian saya mengambil posisi awal untuk drifting, begitu pas saya komando
para angler untuk menurunkan metal jig masing-masing.
Begitu posisi kapal melewati titik tanda di
GPS dimana dulu kapten Endang pernah strike, terdengan teriakan di belakang
kapal “Strike” diikuti beberapa teriakan susulan, wah bener juga nih tempat
bagus, piker saya.
Beberapa jam
kami habiskan waktu disitu dengan perolehan kebanyakan ruby snapper dan dua
hingga tiga ekor amberjack dengan ukuran ikan rata-rata semua. Di Alor ukuran rata-rata
ruby snapper adalah sekitar 10-12kg dan amberjack 7-10kg.
Mendekati makan siang, strike sudah makin jarang, para pemancing juga sudah mulai
malas-malasan menurunkan metaljig 500-600gr yang mulai terasa seperti 2-3kg
karena tangan sudah pegal-pegal semua. Saya mulai melakukan manuver drifting
terakhir, saya triak “last drop”, yang artinya kesempatan turun terakhir
sebelum kita istirahat makan siang.
Ternyata setelah
Saya tengok ke belakang terlihat hanya 2-3 tapi pancingan saja yang masuk ke
air, yang lainnya sudah menyerah. Tak lama terdengan suara “Strike”… wah …
masih ada strike juga walaupun sudah sepi begini. Saya lihat sepertinya lumayan
besar nih, tapi tarikannya tidak begitu kencang, ah saya pikin paling ruby
snapper yang mungkin ukurannya agak besar.
Tapi lama
kelamaan kok makin aneh tarikannya, sepertinya jauh lebih berat dari biasanya,
teman-teman pemancing yang lain ada yang komentar hiu, ada yang komentar ikan
pari dan lain-lain. Setelah sekitar 30 menit dan setelah joran Kamikaze Hydra
562 dengan rating pe6-8 yang dipasangkan dengan ri Daiwa GS-9 berpindah-pindah
tangan dari pemancing Harry kemudian Iwan dari medan.
Akhirnya ikan
menyerah di tangan pemancing dari semarang, Alex Sutanta dan ternyata ikan yang
naik ke permukaan membuat heboh se-isi kapal. Ikan itu perutnya sudah kembung
dan matanya melotot sebesar buah jeruk, kulitnya berwarna coklat tua dan
mulutnya lebar sekali, mungkin kepala saya bisa masuk utuh di mulutnya.
Ya, itulah ikan Mosso, kata orang-orang Makassar,
ikan kerapu dengan ukuran super besar yang dalam bahasa inggrisnya disebut giant grouper dan nama ilmiah epinephelus lanceolatus. Dengan
mendaratnya ikan ini selesai sudah rangkaian kegiatan mancing pagi sampai siang
ini, kapal saya arahkan kembali ke Pulau Kambing sambil trolling untuk
istirahat makan siang.
Malam ke Empat
Malam ke 4 dari
5 malam yang direncanakan, setelah malam sebelumnya kita terkena cuaca buruk,
dimana angin yang nongol tiba-tiba
bersamaan dengan awan hitam yang membawa hujan petir saat kita sedang parkir
enak-enak di sea mount sebelah utara Pulau
Lembata dengan hasil yang lumayan banyak.
Kami mendaratkan
escolar, yellowfin tuna, dogtooth tuna, amberjack dan ikan barakota segede
bagong. Praktis siang hari ke 4 hanya diisi dengan perjalanan yang jauh kembali
ke area Pulau Kambing dan Pulau Rusa dari tempat berlindung semalam di utara
Lembata. Harapan satu-satunya adalah menunggu sekitar hampir tengah malam untuk
parkir di lokasi favorit untuk mancing dogtooth tuna di utara Pulau Kambing.
Pukul 22.00,
saya posisikan kapal untuk labuh jangkar di utara pulau kambing, para mania mulai
memancing dengan teknik koncer. Satu persatu mulai diturunkan, saya sempatkan
waktu ini untuk memejamkan mata sejenak. Tak terasa mungkin karena capai, yang
rencananya hanya tidur sekejap rupanya jadi molor beneran.
Entah berapa
lama saya tertidur tiba-tiba saya merasa terganggu dengan kebisingan disekitar,
lalu entah siapa bicara ke Saya karena gelap dan masih setengah teler tiba-tiba
ada yang membangunkan. “Bangun, tuh si Alex dapet doggie guede banget” katanya.
Heh?? Masih
setengah sadar saya berusaha mencerna apa yang barusan saya dengar, dapet
doggie gede banget? Segede apa? Saya turun dari ruang kapten dan berjalan
menuju ke buritan kapal sambil kucek-kucek mata yang serasa masih belekan. tiba
di buritan kapal saya bengong-bengong liat ikan segede bagong.
Benar-benar gede
ini, doggie saya yang 80 kg yang saya dapat di batu gunting 3 tahun lalu jadi
kelihatan tidak ada apa-apanya sama ikan ini, buset...!! Siapa yang dapet tadi?
Kata saya. Tuh si Alex kata seseorang, saya datangi Alex dia masih gemetaran
tangannya, ngapain pikir saya, “Saya ngajar sendiri nih satu jam lebih, ga ada
yang mau gantiin, sialan, takut putus nanti diomelin.” katanya.
Lah kok? Masa
takut putus? Aah… ternyata saya baru
tahu, ternyata joran yang dipakai adalah joran light tackle Kamikaze Jigforce
PE 1,5-3 dipasangi reel Penn Spinfisher 4500 yang cuma diisi tali PE3 dengan
leader 40lbs saja, buset..!!
Rupanya Alex,
pemancing dari semarang ini memang tadinya lagi asik mancing ikan-ikan karang
buat dimakan, sudah dapat beberapa ekor redbass, kakap merah, kerapu lodi,
lencam dsb, eh ternyata ikan karang terakhir yang didapat entah bagaimana dilahap
sama si doggie apes ini. alhasil kalang kabutlah Alex karena tarikan ikan tidak
sebanding dengan alat yang dipakai.
Tetapi entah
bagaimana memang nasib baik pemancingnya, entah takdirnya si ikan, kok ya
bisa-bisanya ikan itu mendarat dengan selamat di geladak kapal tanpa halangan
berarti, hanya dengan modal kesabaran pemancingnya saja. Waktu rangkaian hook
dilepas dari mulut ikan saja itu hook mancing dasar no 1 sudah hampir terbuka.
Sontak seluruh
isi kapal terbangun dan seperti biasanya semua jadi narsis pengin foto-foto
dengan ikan besar ini, sebelum foto-foto kita sempat menimbang ikan ini dengan
timbangan digital yang memang selalu tersedia di kapal dan di timbangan tertera
angka 89 kg wow luar biasa. Ikan dogtooth tuna dari alor yang terberat kedua
setelah perolehan pemancing dari Tarakan akhir tahun lalu dengan bobot 96 kg.
Hari terakhir
mancing tetap kita isi dengan jigging ruby dan trolling yellowfin di spot-spot
favorit dan malamnya kembali kita parkir di lokasi yang sama dimana malam
sebelumnya kita dapat jackpot doggie, walaupun tidak ada ikan super yang naik,
tapi strike doggie tanggung-tanggung cukup ramai.
Pukul 3 pagi
kita putuskan untuk kembali ke dermaga Kalabahi karena kita harus mengejar
pesawat terbang jam 14:00 sore. Demikianlah sekelumit cerita tentang trip mancing
di perairan Alor dimana kejutan-kejutan tak terduga selalu bisa saja terjadi,
lokasi mancing yang dikelilingi oleh pulau-pulau kecil sehingga relatif
terlindung dengan kondisi laut yang hampir selalu flat.
Belum lagi
kontur dasar laut dengan arusnya yang ideal untuk ikan-ikan besar mencari
makan, lokasi mancing yang hampir 90% selalu mendapat signal GSM sehingga
pemancing tidak usah takut kehilangan kontak dengan keluarga ataupun mengurus
pekerjaan dari jarak jauh sambil menikmati perjalanan memancing, bagi saya,
inilah the best fishing spot ever. mb
seperti dikisahkan wiwied soeparto.
Info :
Wiwied Soeparto
Taka
Adventure Indonesia