Jumat, 07 Maret 2014

Trip Kamikaze Pulau Weh, Aceh

Sepekan Berburu Tuna Dengan Casting dan Jigging

Trip ini sebenarnya sudah berlangsung dari 2 tahun, trip bersama Komunitas Mancing Kamikaze  ke ujung barat Indonesia atau tepat di Pulau Weh, Aceh, berlangsung sukses. Trip kali ini menargetkan ikan monster penguin perairan Aceh yang dikenal sebagai salah satu surganya pemancing.
            Mengawali keberangkatan melalui Jakarta menuju Aceh (12/2), tim berangkat dengan pesawat Lion Air. Sesampai di Aceh dengan kendaraan mobil kami menuju tempat sandar kapal yang sudah menunggu. Melalui dermaga di sekitar Kampung Jawa kami menaiki kapal KM Dian Sabang dengan Kapten Jafar.

Adalah Freddy, Dr. Awie, Ivan, Yantosu, Martin, Martin, Imam, Subur dan Jusito memuali perburuan dilokasi Spot Mancing, yaitu seputaran Pulau Weh, Pulau Rondo dan Pante Utara. Kami langsung loading barang dan berangkat menuju Kampung Iboih Pulau Weh dan sesampai disana check in hotel untuk istirahat dan persiapan lainnya.
            Pukul 04.00 (13/2) kami berangkat dari dermaga Iboih untuk menuju spot tuna di sekitaran Pulau Rondo, sampai disana kami disambut hujan yang deras sehingga kami hanya bisa berada di dalam kabin kapal melihat Yellow Fin Tuna (YFT)  loncat-loncat mengejar ikan kecil. Kami pun hanya bisa menonton kejadian ini dari dalam kabin saja mungkin karena berpikir masih ada waktu 6 hari lagi untuk mancing disana jadi kami nampak menjaga kondisi kesehatan untuk tidak hujan-hujanan.
Setelah hujan redah waktu sudah terlalu siang untuk mancing tuna, kata Kapten Jafar. Akhirnya Kapten membawa kami ke spot Pante Utara untuk jigging, disana kita mencari tuna gigi anjing (Doggie) tapi sesampai di sana terpaksa harus balik kembali karena cuaca tiba-tiba berubah dengan ombak yang meninggi.
Kami putuskan untuk kembali ke pulau Rondo sambil jigging drifting disana hingga sore hari kami belum mendapatkan sambaran dari monster yang kami cari. Akhirnya kami memutuskan untuk popping disekitaran Pulau Rondo, disini Dr. Awie berhasil strike GT sekitar 25 kg dengan menggunakan piranti medium tackle. Keliatan cukup sulit juga untuk menaikan ikan sebesar ini dengan rod yang lentur, akhirnya berhasil juga sang GT naik ke kapal dan setelah foto-foto langsung kami rilisnya.
Sebelum gelap kepten langsung mencari posisi jangkar yang baik untuk mancing hingga pagi sambil menunggu sang YFT lewat yang biasanya menampakan dirinya kala pagi hari. Pagi hari (14/2) setelah penantian yang panjang kami hanya berhasil mendapat seekor YFT kecil dan satu ekor strike YFT besar dengan menggunakan ril stella 20.000 menjerit dengan panjang tapi sayang ikan berhasil melarikan diri kemungkinan hook up kurang sempurna.
Setelah kembali ke base hotel untuk istirahat kami sempatkan untuk casting di muara sambil menunggu dua rekan dari Jakarta dan satu dari Semarang untuk bergabung. sore hari dengan menyewa speedboat kecil. Kami berenam menuju muara-muara di seputaran Kampong Iboih untuk casting. Dengan target ikan barramundi akhirnya kami berhasil mendapat beberapa kali strike.
Menjelang malam dapat kabar dua rekan sudah sampai di hotel kami langsung menyudahi trip casting dan bergabung untuk persiapan mancing kembali. Setelah makan malam kami berangkat dengan kapal untuk mancing ikan eskolar di sekitaran Pulau Weh, ternyata spot eskolar sang kapten tidak jauh dari daratan. Martin merasakan sensasi strike ikan baracouta dan seekor eskolar. Diikuti oleh rekan lainnya yang juga berhasil mendapatkan  baracouta.
Rabu subuh kami kembali di sekitaran Pulau Rondo menanti YFT lewat tetapi memang kami belum hoky, hingga pagi hari menjelang siang ikan YFT tidak ada seekor pun yang menyantol di jig kecil castingan kami. Begitu terang kepten bilang mau makan ambil menu makan siang dulu ikan kerapu lodi, ternyata banyak banget ikan dasar di bawah kapal dengan umpan tongkol iris tidak berhenti strike ikan-ikan lauk untuk makan siang.
Spot selanjutnya adalah Pante Utara untuk mencari doggie, sesampai disana kami jigging drifting hingga sore. Kami berhasil menaiki beberapa ekor ikan GT ukuran sedang. Menjelang gelap kepten mencari posisi yang bagus buat ngejangkar, setelah lampu sorot dihidupkan tampak live bait banyak banget di sekeliling kapal. “Wah alamat panen nih,” kata yg lain.
Bener saja dari malam hingga pagi hari di spot ini kami tidak berhenti strike doggie dan big eye dengan teknik casting dan jigging. Hanya pak dokter yang bawa rod casting tuna, kami rata-rata memakai rod casting kecil yg dipakai untuk casting di pinggiran, tapi ternyata sensasinya luar biasa dengan menggunakan ril kecil dan line pe kecil pula.
Kamis (16/2) kami kembali ke base Kampong Iboih untuk istirahat setelah dua malam di laut. Sampai di hotel kami istirahat hingga sore hari, sekitar pukul 4 sore kami berangkat kembali menuju spot eskolar tapi kembali kami di ganggu oleh banyaknya ikan baracoutta. Dari pada benang PE yang kami gunakan habis lebih baik kami memutuskan untuk ke Pulau Rondo kembali untuk menunggu YFT.
Jumat (17/2) di sekitaran Pulau Rondo kami dengan sabar menunggu YFT lewat, dari malam hingga terang kami casting trus dengan jig kecil. Dengan harapan strike YFT akhirnya kami berhasil strike namun kali ini ikan doggie terus yang berhasil diperoleh tim dan beberapa kali ikan big eye juga berhasil kami dapat.
Akhirnya di subuh pagi Awie teriak… “YFT…”, karena hanya menggunakan ril daiwa 3000 dengan pe 2 nya, ril terus menjerit dengan kencang sekali. Setelah beberapa lama akhirnya naik seekor YFT dengan berat sekitar 15-20 kg. Dalam penantian perburuan YFT kami di ganggu terus oleh doggie dan big eye tapi cukup terhibur karena rata-rata kami menggunakan light tackle.
Setelah terang kami coba popping kembali kami menuai manis dengan berhasil menaikan GT dan Baracuda. Sekitar siang hari kami kembali ke base untuk istirahat dan siap-siap lagi untuk berangkat satu malam lagi.
Hari terakhir (18/2) kami mancing kembali mengambil spot di seputaran Pulau Rondo, untuk menunggu YFT tapi untuk hari terakhir ini kami kurang beruntung karena genset kapal rusak tidak keluar listriknya. Akhirnya dengan hanya menggunakan lampu neon kecil kami casting, namun ikan yagn naik hanya puluhan ikan big eye.

Pagi hari kami langsung kembali ke base untuk snorkling dan menikmati keindahan alam di sekitaran Kampong Iboih. Hingga sore hari kami di antar oleh KM Dian Sabang ke Banda Aceh untuk selanjutnya bermalam di sana dan minggu siang kami kembali ke Jakarta. mb (seperti dikisahkan Joesito Kamikaze)

Selasa, 04 Maret 2014

Tren Baru Galatama Lele

Istilah Lele Cabe-cabean
     
     Biasanya istilah cabe-cabean identik dengan sisi negative yang ada pada dunia malam. Dimana remaja putri acapkali dijadikan ajang taruhan balap motor. Usia pun terbilang miris, mulai dari tahap Sekolah Menengah Pertama hingga Sekolah Menengah Atas.
     Uniknya istilah cabe-cabean juga sedang tren dalam galatama lele. Etss.. jangan salah paham dulu, maksudnya cabe-cabean bukan berarti di kolam pemancingan lele menyediakan layanan plus-plus. Melainkan ikan lele yang ada belum cukup usia untuk dijadikan ikan galatama.
     Oleh karena itu apa bila para mania khususnya pecinta galatama lele, ketika sedang strike namun ukuran ikan tangkapan dibawah 8 ons maka akan berucap, “ahh sialan cabe-cabean”. Makanya saat ini pemilik Pemancingan Galatama Lele sedang giat memasukan ikan di atas 7 ons, hal ini untuk menghindari ikannya disebut cabe-cabean. Sangat unik bukan dan ada-ada saja istilah dari para mania ini…hehehe. MB