Rabu, 08 Oktober 2014

Ikan Apes Ketemu Pemancingan Hoki




Taklukan Monster Doggy 96 kg#Alor Trip

Alor menyimpan misteri akan keberadaan monster-monster perairan laut. Alor juga menjadi destinasi khusus bagi para mania yang ingin menikmati sensasi strike dan fight dengan berbagai spesies ikan. Oleh karena ini ada saja cerita dibalik trip Alor. Kali ini Mas Boy (MB) kembali menghadirkan trip mancing alor yang dilakukan oleh tim Taka Adventure Indonesia
Berawal dari bunyi melodi dari HP yang terdengan di telinga Saya yang makin keras. Ah ternyata seperti biasa alarm hp berbunyi menandakan waktu sudah pukul 06:00 dan seperti biasa Saya selalu terbangun di jam-jam ini. Kucek-kucek mata sedikit dan saya lirik fishfinder dan gps, posisi kapal belum berubah, di fishfinder tidak ada gambar apa-apa alias kosong melompong saja.
Tengok kanan kiri, tempat tidur yang lain juga masih pada molor, saya keluar dari ruangan kemudi dan berjalan ke belakang, Ambon selaku tukang masak kapal sudah bangun dan sepertinya sedang bersiap-siap untuk bikin kopi, teh dan sarapan pagi.
Sudah 2 hari kapal KM. Kumala di posisi area P. Rusa dan P. Kambing, belum ada hasil signifikan dari kegiatan memancing selama 2 hari ini. Beberapa dogtooth tuna , ruby snapper dan ikan-ikan karang memang lumayan banyak tapi ukurannya hanya rata-rata saja. Dan ini adalah hari ke 3 dari 5 hari yang direncanakan.
Satu persatu angler mulai menampakkan diri, keluar dari kamar dan biasanya memang langsung menuju ke belakang untuk  mencari si-ambon, tukang masak di kapal kumala karena lapar. Sambil sarapan Saya utarakan rencana hari ini, kita coba trolling yellowfin tuna sebentar lalu begitu arus mulai kondusif kita coba lagi Batu Gunting. 
Batu Gunting sendiri sebagai spot favorit pemancing yang selalu bikin penasaran para mania untuk kembali ke Alor lagi. Spot ini terkenal akan sensasi strike dan fight pada ikan monster Alor yang memang kebanyakan tackle yang digunakan tidak mampu menahan derasnya tarikan sang monster.
Menurut Dudung, sesuai dengan namanya spot Gunting, spot ini dikenal sebagai spot ikan yang selalu membawa gunting. Karena kebanyakan kenur PE dengan nomer berapa pun pasti putus. Kapten kapal mulai menyalakan mesin kapal, abk dipanggil untuk siap-siap angkat jangkar. Tak lama kita mulai pasang beberapa joran trolling dengan lure Rapala.
Kapal diarahkan di seputaran Pulau Kambing bagian utara, sekitar 10 menit kita putar-putar tanpa ada strike kemudian kita mengarah ke Batu gunting. Sampai di Batu gunting arus sudah mulai kendur, tak lama kemudian Saya sudah memposisikan kapal untuk jigging dengan cara drifting seperti biasanya.
Terjadi 2 kali strike yang sepertinya lumayan besar tapi dua-duanya putus semua dan setelah itu sepi. Kemudian saya teringat Kapten Saya si Endang katanya punya spot baru di sebelah selatan Batu Gunting sekitar jaran 2 mil. Saya bertanya ke kapten mana-mana saja titiknya, setelah sebentar mendapat penjelasan lokasi tepatnya, kami langsung ke posisi tersebut.
Begitu sampai di posisi, kapal saya berhentikan dulu untuk melihat arah hanyut dan kecepatannya, kemudian saya mengambil posisi awal untuk drifting, begitu pas saya komando para angler untuk menurunkan metal jig masing-masing.
 Begitu posisi kapal melewati titik tanda di GPS dimana dulu kapten Endang pernah strike, terdengan teriakan di belakang kapal “Strike” diikuti beberapa teriakan susulan, wah bener juga nih tempat bagus, piker saya.
Beberapa jam kami habiskan waktu disitu dengan perolehan kebanyakan ruby snapper dan dua hingga tiga ekor amberjack dengan ukuran ikan rata-rata semua. Di Alor ukuran rata-rata ruby snapper adalah sekitar 10-12kg dan amberjack 7-10kg.
Mendekati  makan siang, strike sudah makin jarang, para pemancing juga sudah mulai malas-malasan menurunkan metaljig 500-600gr yang mulai terasa seperti 2-3kg karena tangan sudah pegal-pegal semua. Saya mulai melakukan manuver drifting terakhir, saya triak “last drop”, yang artinya kesempatan turun terakhir sebelum kita istirahat makan siang.
Ternyata setelah Saya tengok ke belakang terlihat hanya 2-3 tapi pancingan saja yang masuk ke air, yang lainnya sudah menyerah. Tak lama terdengan suara “Strike”… wah … masih ada strike juga walaupun sudah sepi begini. Saya lihat sepertinya lumayan besar nih, tapi tarikannya tidak begitu kencang, ah saya pikin paling ruby snapper yang mungkin ukurannya agak besar.
Tapi lama kelamaan kok makin aneh tarikannya, sepertinya jauh lebih berat dari biasanya, teman-teman pemancing yang lain ada yang komentar hiu, ada yang komentar ikan pari dan lain-lain. Setelah sekitar 30 menit dan setelah joran Kamikaze Hydra 562 dengan rating pe6-8 yang dipasangkan dengan ri Daiwa GS-9 berpindah-pindah tangan dari pemancing Harry kemudian Iwan dari medan.
Akhirnya ikan menyerah di tangan pemancing dari semarang, Alex Sutanta dan ternyata ikan yang naik ke permukaan membuat heboh se-isi kapal. Ikan itu perutnya sudah kembung dan matanya melotot sebesar buah jeruk, kulitnya berwarna coklat tua dan mulutnya lebar sekali, mungkin kepala saya bisa masuk utuh di mulutnya.
 Ya, itulah ikan Mosso, kata orang-orang Makassar, ikan kerapu dengan ukuran super besar yang dalam bahasa inggrisnya disebut giant grouper dan nama ilmiah epinephelus lanceolatus. Dengan mendaratnya ikan ini selesai sudah rangkaian kegiatan mancing pagi sampai siang ini, kapal saya arahkan kembali ke Pulau Kambing sambil trolling untuk istirahat makan siang.

Malam ke Empat
Malam ke 4 dari 5 malam yang direncanakan, setelah malam sebelumnya kita terkena cuaca buruk, dimana  angin yang nongol tiba-tiba bersamaan dengan awan hitam yang membawa hujan petir saat kita sedang parkir enak-enak di sea mount sebelah utara Pulau Lembata dengan hasil yang lumayan banyak.
Kami mendaratkan escolar, yellowfin tuna, dogtooth tuna, amberjack dan ikan barakota segede bagong. Praktis siang hari ke 4 hanya diisi dengan perjalanan yang jauh kembali ke area Pulau Kambing dan Pulau Rusa dari tempat berlindung semalam di utara Lembata. Harapan satu-satunya adalah menunggu sekitar hampir tengah malam untuk parkir di lokasi favorit untuk mancing dogtooth tuna di utara Pulau Kambing.
Pukul 22.00, saya posisikan kapal untuk labuh jangkar di utara pulau kambing, para mania mulai memancing dengan teknik koncer. Satu persatu mulai diturunkan, saya sempatkan waktu ini untuk memejamkan mata sejenak. Tak terasa mungkin karena capai, yang rencananya hanya tidur sekejap rupanya jadi molor beneran.
Entah berapa lama saya tertidur tiba-tiba saya merasa terganggu dengan kebisingan disekitar, lalu entah siapa bicara ke Saya karena gelap dan masih setengah teler tiba-tiba ada yang membangunkan. “Bangun, tuh si Alex dapet doggie guede banget” katanya.
Heh?? Masih setengah sadar saya berusaha mencerna apa yang barusan saya dengar, dapet doggie gede banget? Segede apa? Saya turun dari ruang kapten dan berjalan menuju ke buritan kapal sambil kucek-kucek mata yang serasa masih belekan. tiba di buritan kapal saya bengong-bengong liat ikan segede bagong.
Benar-benar gede ini, doggie saya yang 80 kg yang saya dapat di batu gunting 3 tahun lalu jadi kelihatan tidak ada apa-apanya sama ikan ini, buset...!! Siapa yang dapet tadi? Kata saya. Tuh si Alex kata seseorang, saya datangi Alex dia masih gemetaran tangannya, ngapain pikir saya, “Saya ngajar sendiri nih satu jam lebih, ga ada yang mau gantiin, sialan, takut putus nanti diomelin.” katanya.
Lah kok? Masa takut putus?  Aah… ternyata saya baru tahu, ternyata joran yang dipakai adalah joran light tackle Kamikaze Jigforce PE 1,5-3 dipasangi reel Penn Spinfisher 4500 yang cuma diisi tali PE3 dengan leader 40lbs saja, buset..!!
Rupanya Alex, pemancing dari semarang ini memang tadinya lagi asik mancing ikan-ikan karang buat dimakan, sudah dapat beberapa ekor redbass, kakap merah, kerapu lodi, lencam dsb, eh ternyata ikan karang terakhir yang didapat entah bagaimana dilahap sama si doggie apes ini. alhasil kalang kabutlah Alex karena tarikan ikan tidak sebanding dengan alat yang dipakai.
Tetapi entah bagaimana memang nasib baik pemancingnya, entah takdirnya si ikan, kok ya bisa-bisanya ikan itu mendarat dengan selamat di geladak kapal tanpa halangan berarti, hanya dengan modal kesabaran pemancingnya saja. Waktu rangkaian hook dilepas dari mulut ikan saja itu hook mancing dasar no 1 sudah hampir terbuka.
Sontak seluruh isi kapal terbangun dan seperti biasanya semua jadi narsis pengin foto-foto dengan ikan besar ini, sebelum foto-foto kita sempat menimbang ikan ini dengan timbangan digital yang memang selalu tersedia di kapal dan di timbangan tertera angka 89 kg wow luar biasa. Ikan dogtooth tuna dari alor yang terberat kedua setelah perolehan pemancing dari Tarakan akhir tahun lalu dengan bobot 96 kg.
Hari terakhir mancing tetap kita isi dengan jigging ruby dan trolling yellowfin di spot-spot favorit dan malamnya kembali kita parkir di lokasi yang sama dimana malam sebelumnya kita dapat jackpot doggie, walaupun tidak ada ikan super yang naik, tapi strike doggie tanggung-tanggung cukup ramai.
Pukul 3 pagi kita putuskan untuk kembali ke dermaga Kalabahi karena kita harus mengejar pesawat terbang jam 14:00 sore. Demikianlah sekelumit cerita tentang trip mancing di perairan Alor dimana kejutan-kejutan tak terduga selalu bisa saja terjadi, lokasi mancing yang dikelilingi oleh pulau-pulau kecil sehingga relatif terlindung dengan kondisi laut yang hampir selalu flat.
Belum lagi kontur dasar laut dengan arusnya yang ideal untuk ikan-ikan besar mencari makan, lokasi mancing yang hampir 90% selalu mendapat signal GSM sehingga pemancing tidak usah takut kehilangan kontak dengan keluarga ataupun mengurus pekerjaan dari jarak jauh sambil menikmati perjalanan memancing, bagi saya, inilah the best fishing spot ever. mb seperti dikisahkan wiwied soeparto.

Info :
Wiwied Soeparto
Taka  Adventure Indonesia