Kamis, 14 Mei 2009


IFT Tournament 4 Binuangeun Diundur, Beberapa Tim Tetap Mancing.
Keputusan untuk memundurkan acara terpaksa diambil panitia IFT Tournament 4

IFT Tournament 4 yang dijadwalkan tanggal 20,21 dan 22 Februari 2009 diundur. Keputusan panitia untuk mengundur acara tournament mengundang kontrovesi dikalangan mania mancing yang mengikuti lomba ini. Walaupun diundur ada beberapa tim yang tetap mancing

Banten (20/02) diundurnya IFT Tournament 4 mengundang pertanyaan serta kontroversi dari pihak peserta lomba IFT Tournament 4. Jumat pukul 16.00-20.00 yang dijadwalkan oleh pihak panitia tampak mundur dari waktu yang ditentukan yaitu Daftar Ulang dan pengambilan souvenir dan pukul 20.00 - 22.00 ramah-tamah. Hingga datanglah ketua panitia Joko Marthadi, kedatangan yang dinanti-nanti ternyata membawa kabar kurang mengenakan yaitu pembacaan pengunduran acara IFT Tournament 4.
Banyak pertanyaan yang dihanturkan oleh para peserta lomba yang mengikuti IFT Tournament 4. Joko Marthadi menyampaikan bahwa dirinya dipanggil ke Kapolda mengenai kepengurusan izin dan ternyata pihak Polda hanya bisa memberikan surat rekomendasi sedangkan untuk surat izin harus dikeluarkan dari Mabes Polri. Dikarenakan waktunya sudah terlalu sempit dan tidak memungkinkan mengurus izin ke MabesPolri akhirnya ketua panita berinisiatif untuk menunda turnamen IFT yang ke-4 ini demi kelancaran dan keamanan, tegas Joko Marthadi.
Saat ditanya oleh salah satu peserta lomba mengenai Surat Izin Berlayar (SIB), Pihak Syahbandar bisa saja memberikan SIB kepada peserta lomba yang ingin mancing diluar dari tournament IFT namun pihak Syahbandar tidak bertanggung jawab atas Polairud (Polisi Perairan dan udara). Dari saya, Disini letak dari kekecewaan para peserta tournament IFT 4, walaupun panitia memundurkan tournament setidaknya kita-kita ini (peserta tournament IFT 4) diperjuangkan untuk bisa mancing walaupun tidak lomba, ujar Achmadi dari Tabiler Fishing Club
Sabtu (21/02) ada beberapa tim peserta tournament IFT 4 yang memancing seperti Tabiler 1 yang turun dengan KM Putra Sulung 2 yang dikapteni oleh Ade Komarudin dan diketua oleh Hanhan beserta angota tim Hendro, Tom Partomo, Albana, Tono, Heru dan Ferdi. Tabiler 2 dengan menggunakan KM Shakila yang dikapteni oleh Agus dan diketua oleh Toni beserta anggota tim Achmadi, Puji Astuti, Yusrizal, Markus (Formasi). saya berkesempatan bergabung dengan KM Putra Sulung 2.
Start pada pukul 07.30 perlahan kapal mulai meninggalkan Muara Binuangeun, Joran trolling pun tak lupa dipasang untuk melakukan trolling menuju pulau Tinjil dan Pulau Deli. Pada pukul 11.45 menit Double Strike hand line antara Tono dan Hanhan, tarik ulur terjadi hingga kedua menghabiskan 3 gulung senar, kedua senar memiliki kekuatan 60 Lb. Cuaca yang panas membuat Tono dan Hanhan berkeringat dan terlihat letih hingga inisiatif dari Hendro untuk menyiram kepala Tono dan Hanhan dengan air mineral dingin. Perlawanan terus dilakukan ikan hingga ikan muncul kepermukaan…wauuu... hand line tono ternyata disambar oleh Blue Marlin, ketika kelihatan ikan sudah lelah tanpa ampun Tono menariknya namun tiba-tiba hand line terasa ringan ketika ditarik ternyata ikan blue marlin berhasil lolos. “Yah…Moncel deh..!!”, imbuh Tono. Sangat disayangkan pertarungan disudahi pada pukul 12.42, kini hanya tersisa hand line Hanhan yang tak mau buruannya melepaskan diri seperti yang dialami Tono. Pukul 12.58 ikan juga tidak bisa ditaklukan lalu inisiatif tim untuk mendekatkan kapal kearah ikan berlari setelah kapal mendekat teryata umpan disambar oleh ikan pari burung (Aetomylus Nichofi), ikan pari burung berbobot ± 45 kg berhasil dinaikan pada pukul 13.05. “Saya sudah cape ternyata ikan pari masih nyantai aja, sampe tangan lecet nih”, ujar Hanhan.
Selang 2 jam kemudian saat Toni mancing dasar (Buttom Fishing) disekitaran pulau Tinjil dengan KM Shakila juga berhasil strike ikan pari kembang (Trygon Kuhlii) pertarungan sangat sengit dan menghabiskan waktu 30 menit untuk menaikkan pari kembang ke atas kapal. 5 menit kemudian umpan metal jig Toni lagi-lagi disambar ikan dan strike namun Toni sudah tidak ada tenaga lagi dan joran miliknya diserakan kepada Usnizal, tidak mau buruannya lepas Usnizal memaksa ikan untuk dinaikkan kekapal. GT (Giant Trevally) seberat ± 10 kg berhasil ditaklukan.
Menjelang sore hari bertepat di karang pulung, pulau Deli terjadi saling strike, sungguh pemandangan indah dimana setiap anggota tim merasakan sensasi strike baik di KM Putra Sulung 2 maupun KM Shakila. Achmadi, strike hand line ikan cablak seberat ± 12 kg dan berhasil menaikan keatas kapal dengan waktu 20 menit. Arus yang deras memaksa anggota tim menggunakan bandul pemberat (timah pemberat) dengan dua buah ukuran 8 joule + 8 joule, keputusan ini dihimbau oleh Tom Partomo “arus sangat kencang sekali terpaksa kita (tim) menggunkan 2 bandul pemberat”. Pada pukul 18.02 Heru berhasil menaikan kerapu balong dengan bobot 7 kg, disusul double strike Albana dengan Ferdi pada pukul 18.52 berhasil menaikan kakap merah, Puji Astuti mancing dasar berhasil stike ikan kurisi, Usnirizal jigging berhasil strike GT. Hendro yang belum juga merasakan sensasi strike menjadi bahan ledekan tim, “Ndro, belum isi buku tamu juga nih…”, cetus Tom Partomo dan tono dengan kompak. Baru pada pukul 19.35 Hendro berhasil strike kakap merah dan 2 menit berselang Zahir strike kakap merah.
Hingga larut malam tim masih sibuk strike ada yang jigging dan mancing dasar. Strike hand line berhasil oleh Puji Astuti kali ini hand line yang ditarik terasa sangat berat, “dengan sekuat tenaga saya akan bertarung dan jangan sampe lolos” ujar Puji. Hanya butuh waktu 15 menit untuk menaklukkan GT seberat 15 kg dan GT pun berhasil diangkat ke atas kapal. Double strike saat Tom Partomo dengan Heru melakukkan jigging, umpan metal jig keduanya disambar dan strike, tak butuh memakan waktu lama ikan tongkol dengan bobot 8 kg dan 5 kg berhasil diangkat keatas kapal.

Hari Kedua
Mengawali strike pertama di kapal KM Putra Sulung 2 adalah kapten Ade Komarudin pada pukul 06.20 dengan berhasil menaikan ikan kurisi seberap 5 kg, disusul dengan dengan albanan pada pukul 06.45 dengan berhasil menaikan ikan kurisi. KM Shakila mengawali strike pertama adalah Achmadi pada saat jigging memperoleh GT lalu Usnirizal ikan balong berhasil dinaikan keatas kapal. Pada pukul 08.15 tim memutusaknan untuk trolling disekitaran pulau deli, karang cetek. 15 menit trolling umpan pun disambar strike…strike…Hanhan berjuang untuk menaikan ikan keatas kapal. perlawanan hanya 18 menit ikan tenggiri dengan bobot 10 kg berhasil ditaklukan dengan joran Biscayne Red MFG dan Ril Penn 30VSW, International V. Trolling disekitaran pulau tinjil, pukul 09.18 ril Penn 30VSW, International V kembali buinyi kreek…kreek,strike…strike…, kali ini Albana yang berhasil menaikan ikan tenggiri 8 kg dengan waktu 10 menit.
Cuaca pada saat hari kedua tidak mendukung tim untuk melanjutkan mancing, demi menjaga keselamatan ketua tim Hanhan yang berkoordinasi dengan kapten Ade Komarudin KM Putra Sulung 2 memutuskan untuk meyudahi mancing kali ini dan di begitu pula sebaliknya dengan KM Shakila yang dikapteni oleh Agus berkoordinasi dengan ketua tim Toni memutuskan untuk menyudahi mancing kali ini. Tepat pukul 13.15 menit tim tiba di Muara Binuangeun.

Permasalahan diundurnya tournament menurut analisis saya

saya mencoba untuk melihat kejadian ini dari sisi dan sudut pandang berbeda dan mengulas tentang isu-isu yang berkembang :
Mengenai solar bersubsidi
· Pertama, dimana bisa mendapatkan solar non subsidi di Binuangeun atau sekitaran daerah tersebut ?
· Kedua, Jenis kapal apa yang boleh menggunakan solar bersubsidi ?
· Ketiga, apakah ada permainan dibalik semua ini. Dalam arti tanda kutip !?
· Keempat, kenapa baru pada saat ini (IFT tournament 4) pihak aparat mempermasalakan solar bersubsidi. Dalam artian solar yang digunakan para nelayan dalam menggunakan kapalnya untuk disewa para pemancing.
Sarana dan Prasarana dalam arti kita berbicara mengenai infrastruktur stasiun pengisian bahan bakar umum non subsidi, disekitaran Binuangen tidak terdapat atau tidak ada yang menjual bahan bakar khususnya solar non subsidi, dimana kita dapat memperoleh solar non subsidi apakah harus bawa dari Jakarta? Selagi kita berada di wilayah yang tidak menyediakan atau menjual solar non subsidi sebaiknya peraturan “Pasal 55 Undang-undang Nomer 22, tentang penyalahgunaan BBM bersubsidi”, ini tidak dapat diterapkan dan apabila Pemerintah memaksakan maka bagaimana nasib para nelayah yang mencoba mengais rezeki dari menyewakan kapal kepada para pemancing.
Kriteria atau jenis kapal seperti apa yang dapat menggunakan solar bersubsidi? Kalau kapal nelayan sudah pasti tapi kalau untuk kapal pesiar bagaimana, apakah semua jenis kapal pesiar (baik kecil maupun besar) harus menggunakan solar non subsidi. Lalu bagaimana jika para nelayan yang memiliki kapal pesiar ingin melaut? Apakah harus menunggu kapal disewa dari para pemancing atau para wisatawan, kalau jawabannya seperti itu bagaimana nasib keluarga para nelayan jika tidak ada penyewa sedangkan nelayan ini harus menggunakan solar non subsidi. Alangkah bijak kalau pemerintah mengkaji ulang atau lebih mempertegas lagi peraturan pasal 55 Undang-undang nomer 22 ini khususnya perhatian bagi para nelayan. Seperti saya ketahui dari Suryadi kapten kapal KM Putra Sulung II, bahwa dirinya memiliki kartu kuning yang dikeluarkan oleh kelurahan setempat untuk dipergunakan membeli bahan bakar khususnya solar bersubsidi atau adakah permainan dari pihak penyelenggara (orang yang bertanggung jawab) hingga isu atau prihal permintaan izin berlayar (SIB) tentang penyalahgunaan BBM ini mencuat karena adanya faktor x. Purnomo selaku panitia saat ditemui saya (24/02) menjelaskan bahwa mengenai faktor x panitia pelaksana tidak akan mencari kambing hitam atas tertundanya tournament ini, ujar Purnomo
Permasalahan BBM bersubsidi yang digunakan oleh para nelayan dalam arti yang menyewakan kapalnya kepada pemancing kenapa baru mencuat sekarang ini dan kenapa hanya di Binuangeun saja!? Bagaimana dengan wilayah-wilayah lainnya termasuk diantaranya adalah Ibukota Jakarta khususnya disekitaran Pantai Mutiara dan Ancol (dermaga marina). Disini kategori jenis kapal pesiar begitu banyak, kalau kita mengabaikan jenis kapal pesiar seperti apa yang dapat menggunakan BBM bersubsidi khususnya solar sangat tidak bijak apalagi kebanyakan dari pemilik bukanlah nelayan melainkan orang berada yang mampu membeli BBM non subsidi, saya tidak bermaksud menuduh para pemilik kapal pesiar di daerah ini menggunakan BBM bersubsidi tetapi ingin menekankan kalau memang membeli BBM non bersubsidi kota sekelas Jakarta banyak yang menjual BBM non bersubsi tetapi jika di Binuangen, lebak Banten dimana dapat memperoleh BBM non subsidi??. Ndi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar